Alifdankayla’s Weblog


pribadi yang langka
April 7, 2008, 6:39 pm
Filed under: |inspirasi
Ada perumpamaan wortel, telur dan biji kopi (melambangkan karakter seseorang) yang sama2 direbus didalam air panas (Air panas disini melambangkan masalah). Wortel yang tadinya keras setelah direbus menjadi lunak,artinya orang yang tadinya idealis dengan prinsipnya setelah ditimpa beribu-ribu masalah akhirnya dia menjadi luluh juga, menyerah dan mengikuti arus yang ada. Telur yang tadinya rapuh setelah direbus dalam air panas menjadi keras, artinya orang yang tadinya lemah lembut,baik,tidak mempunyai keberanian setelah mendapat masalah yang bertubi-tubi menjadi lebih temperamen, egois atau mudah tersinggung. Sedangkan biji kopi stelah direbus dalam air panas tidak berubah bentuk malah mengeluarkan bau harum, ternyata inilah pribadi yang paling langka di muka bumi ini.



tantangan
April 7, 2008, 6:32 pm
Filed under: |inspirasi
Karena pelanggan ikan di Jepang menginginkan ikan yang segar untuk disantap, maka paguyuban nelayan Jepang berpikir keras tentang bagaimana supaya ikan yang ditangkap tetap hidup dan segar ketika sampai di tangan pelanggan. Berbagai upaya telah dicoba, namun selalu saja ketika sampai di pantai ikan-ikan yang mereka bawa dengan menggunakan tangki besar itu mati lemas ataupun lemas walaupun tetap hidup.Berpikir keras akhirnya membuahkan hasil. Ikan-ikan akhirnya bisa tetap segar karena para nelayan telah memasukkan hiu kecil ke dalam tangki tersebut. Ternyata hiu kecil itulah yang telah membuat ikan-ikan tersebut tetap dalam kondisi siaga, berlari-lari dikejar hiu dan ketakutan yang tanpa disadarinya telah tiba dipantai. Maka para pelanggan merasa puas memperoleh ikan yang tetap hidup dan segar.Sekelumit ilustrasi di atas memberi hikmah tentang arti sebuah tantangan. Ternyata tantangan telah membuat ikan-ikan di tangki tetap segar dan hidup. Begitu pun dengan manusia. Yang membuat seseorang menjadi matang dan dewasa dalam perkembangan mentalnya adalah karena adanya tantangan. Tantangan dan masalah merupakan tanda bahwa kita masih hidup, begitu kata seorang filsuf.
Tulisan di atas adalah bagian dari tulisan Parlindungan Marpaung dalam buku perdananya yang berjudul Setengah Isi Setengah Kosong “Half Full-Half Empty.”



mencari kebahagiaan
April 7, 2008, 6:30 pm
Filed under: |inspirasi
Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana.”Sedang apa kau disini anak muda?” tanya seseorang. Rupanya ada seorang kakek tua. “Apa yang kau risaukan..?” Anak muda itu menoleh ke samping, “Aku lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemana kah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?”Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian. Di pandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara, “Di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan. “Ya…tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu” sang Kakek mengulang kalimatnya lagi.Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tak berapa lama, dijumpainya taman itu. Taman yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan disana. Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu.Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana. Gerakannya semakin liar.Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat. Sampai akhirnya ada teriakan, “Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah.” Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan. Ada sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu.”Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?” Sang Kakek menatap pemuda itu. “Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu.””Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu seringdatang sendiri.”Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.
***
Mencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit, bagi mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang merekacari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini,menabrak sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya. Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya.Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisa di dapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam atau benda yang dapat disimpan. Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu alam setiap langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita. Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita.Kita percaya, bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu “hinggap” di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.